top of page
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.

Membaca Silsilah dan Garis Darah Monster

Lalu aku melihat seekor binatang buas keluar dari laut, dengan sepuluh tanduk dan tujuh kepala, dan di atas tanduk-tanduknya ada sepuluh mahkota, tetapi pada kepala-kepalanya ada nama-nama hujat. Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar… Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: “Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?” – Injil Wahyu 13:1-2,4.

monstrum (Latin) pertanda buruk, sesuatu yang menimbulkan rasa takut, penampakan supranatural, bentuk yang tidak normal

Albania moshtrë, monstër Inggris monster Prancis monstre Galicia monstro Italian mostro Portugis monstro Romania monstru Spanyol monstruo

Definisi Monster

Hampir seluruh mitologi yang ada di dunia memiliki sosok monster, dan pada dongeng yang sering kita dengar sewaktu kecil, di dalam ceritanya terdapat pembagian, baik-jahat, gelap-terang, monster-pahlawan. Apa yang dimaksud dengan monster ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, monster adalah : 1 binatang, orang, atau tumbuhan yang bentuk atau rupanya sangat menyimpang dari yang biasa; 2 makhluk yang berukuran luar biasa (sangat besar). Sedangkan menurut Oxford English Dictionary, yang dimaksud dengan monster adalah : 1. makhluk mitologi yang bentuknya separuh binatang atau manusia, atau gabungan dari beberapa binatang, dan memiliki ukuran yang besar dan bentuk yang menyeramkan.

Monster memiliki akar kata dari bahasa Latin monstrum, yang memiliki arti pertanda buruk; sesuatu yang menimbulkan rasa takut; penampakan supranatural; bentuk yang tidak wajar. Kata monstrum sendiri memiliki akar dari monere yang berarti pertanda atau memberikan peringatan – Demonstrate memiliki akar kata yang sama, berasal dari monere.

Pada zaman Pericles 1 , dikisahkan seekor domba bertanduk satu ditemukan di kampung halaman Pericles. Lampon Sang Peramal memberitahu Pericles bahwa domba itu merupakan pertanda bahwa Pericles akan mengalahkan Thucydides, lawan politiknya. Meski filsuf Anaxagoras telah membuktikan bahwa kecacatan domba itu dikarenakan kelainan pada otaknya, ramalan ini lebih dipercaya di kemudian hari, karena pada akhirnya Pericles berhasil mengalahkan Thucydides.

Contoh lain adalah ketika Agariste, ibu dari Pericles bermimpi melahirkan seekor singa.Hal yang sama dialami juga oleh Philip II 2 juga bermimpi melahirkan anak seekor singa sebelum kelahiran Alexander The Great. Meskipun tidak menunjukkan seekor monster, ketidaknormalan yang terjadi pada mimpi Philip II dan Agariste, yang setidaknya menunjukkan definisi monster sebagai pertanda dan kejanggalan alam (manusia melahirkan singa).

Perkembangan Monster dari Masa ke Masa

Pada era Pagan terdapat banyak kisah yang menggambarkan monster berbentuk binatang, campuran binatang-manusia, campuran binatang-binatang, atau makhluk berukuran besar. Pada kisah “Jack dan Pohon Kacang” , Perseus dan Medusa, Theseus dan Minotaur, Oedipus dan Sphinx, hingga Beowulf dan Grendel, memiliki benang merah yang menyambungkan seluruh kisah tersebut. Monster-monster dalam cerita tersebut menggambarkan kegelapan, kehancuran, dan sesuatu yang aneh serta tidak normal yang berasal dari luar peradaban manusia. Di masa paganisme, monster adalah sesuatu yang tua, terkadang digambarkan lebih tua daripada dewa-dewa. Mereka merepresentasikan kekacauan alam, bencana dan kematian. Pada mitologi Celt dan Skotlandia, Kelpie digambarkan menenggelamkan siapapun yang menaikinya ke dalam air. Monster-monster yang tidak memiliki kisah-kisah besar, yang tidak menyerang peradaban merupakan representasi dari bahaya yang ada di alam.

Di lain sisi, pada kisah-kisah yang memiliki unsur monster yang melawan pahlawan di dalamnya, fungsi utama monster selain menggambarkan kekacauan adalah untuk memberi definisi pada pahlawan. Ketika Grendel menghancurkan Heorot, yang menggambarkan kehidupan yang aman dan sejahtera, Beowulf datang dan mengalahkan Grendel. Dengan mengalahkan Grendel, Beowulf menjadi seorang pahlawan. Sama dengan Perseus dan Theseus, Medusa dan Minotaur memberi mereka tempat pada mitologi Yunani sebagai pahlawan. Tanpa adanya kekacauan, atau rintangan yang menjadi ujian bagi sosok Beowulf, tidak akan ada seorang pahlawan karena tidak ada apapun untuk diselamatkan.

Setelah kedatangan Kristen dan monoteisme, monster-monster yang ada pada masa pagan, seperti Leviathan, Behemoth, dan Monster dari injil Wahyu, memiliki fungsi untuk menunjukkan kekuasaan Tuhan.

Kutipan dari injil Mazmur dan Ayub tersebut menunjukkan bahwa monster-monster era pagan, hanya berfungsi sebagai penunjuk kekuasaan dan kekuatan Tuhan. Mereka memiliki ciri-ciri monster secara fisik dan membawa peringatan atau pertanda tapi peran mereka sebagai monster yang membutuhkan lawan atau membawa kekacauan sudah lenyap. Pada abad pertengahan, terminologi monster lebih merekat kepada iblis dan penyihir dibandingkan dengan makhluk-makhluk mitologi.

Iblis diceritakan sebagai malaikat yang membangkang pada Tuhan dan penyihir digambarkan sebagai penyembah iblis. Iblis menyerang manusia menggunakan godaan dan hawa nafsu, sesuatu yang sebenarnya sudah ada dan menjadi bagian dari insting natural manusia. Monster pada zaman monoteisme adalah godaan internal yang ada pada diri manusia. Untuk mengalahkannya yang dibutuhkan bukanlah pedang atau ksatria melainkan hanya iman dan keyakinan. Pada kisah “St. George and The Dragon” 3, Naga tersebut digambarkan berjenis kelamin wanita oleh pelukis-pelukis abad pertengahan. Terlepas dari propaganda yang dilakukan oleh pelukis-pelukis tersebut, hal ini menunjukkan peran monster pada masa monoteisme sudah diambil oleh hawa nafsu yang ada dalam manusia itu sendiri.

Monster Pada Literatur Modern

Perkembangan monster selanjutnya berada dalam dunia literatur. Karena semakin berkembangnya teknologi, entitas monster sebagai sesuatu yang dianggap nyata sudah menghilang. Monster-monster ini terpaksa berlari ke lembar-lembar buku. Di zaman ini, ada perubahan yang signifikan pada monster. Ambil kisah Frankenstein, Dorian Gray dan Dr. Jekyll. Mereka adalah monster yang diciptakan dan bukan sesuatu yang terlahir seperti monster seperti zaman pagan. Makhluk yang diciptakan oleh Victor Frankenstein berubah menjadi monster karena tidak mendapat kasih sayang dari Dr. Frankenstein dan perlakuan buruk dari warga desa. Dorian Gray menjadi seorang monster setelah mendapat pengaruh Lord Henry yang hedonistik dan lukisan dirinya yang berpengaruh besar atas perubahannya menjadi seorang monster. Begitu pula dengan Dr. Jekyll yang berubah menjadi Edward Hyde, alter ego-nya karena kesalahan dalam membuat serum. Ketiga monster ini mengimplikasikan bahwa monster itu diciptakan sehingga timbul sebuah pertanyaan: Manakah yang lebih buruk, monster atau yang menciptakannya?

Menurut saya pribadi, literatur terbaik dalam menggambarkan monster sejauh ini adalah Moby Dick, karya Herman Melville. Hal yang membuat monster menyeramkan adalah ketidaktahuan kita akan monster tersebut. Kita takut akan sesuatu yang tidak kita mengerti, maka dari itu monster-monster kebanyakan digambarkan sebagai keganjilan, sesuatu yang berasal dari sisi-sisi ketakutan manusia. Dalam Moby Dick, Herman Melville membedah monster bernama Moby Dick yang berupa seekor paus putih. Perincian Helman Melville terhadap Moby Dick menghilangkan stigma ‘Monster era Pagan’ dari paus putih ini. Ia digambarkan sebagai seekor paus sperma biasa yang berwarna putih, berukuran besar, dan memiliki kecerdasan tinggi. Pada awalnya Moby Dick sebagai dianggap mitos. Mitos inilah yang menjadi simbol penting sosok monster Moby Dick. Mitos tersebut berkembang di antara pelaut sebagai terror dan momok bagi industri perburuan paus, dan ketakutan itu menyebar seperti wabah.

Dalam cerita Moby Dick, Kapten Ahab dan seluruh krunya dari kapal Pequod memburu Moby Dick atas perintah tangan besi Kapten Ahab.Bagi Kapten Ahab tujuannya saat itu hanya untuk memburu seekor paus putih yang bernama Moby Dick. Menemukannya dan membunuhnya. Dari semua kru kapal Pequod hanya Ishmael, protagonis dalam novel yang memandang Moby Dick sebagai makhluk yang megah dan indah, bukan seekor monster atau paus sperma yang haus darah. Pada akhirnya, seluruh kru Pequod menerima apa yang mereka lihat dari Moby Dick yang sebenarnya hanya menjadi perantara untuk menunjukkan bahwa monster sesungguhnya ada di dalam diri Kapten Ahab.

Monster Pada Zaman Modern

Berkembangnya ilmu sains menghilangkan kehadiran monster di dunia. Linneaus mengungkap Hydra palsu di tahun 1700 yang merupakan penggabungan dari banyak tubuh binatang oleh seorang taxidermist. Tahun 1842, Putri Duyung yang ditemukan oleh Dr. Griffin pun dibuktikan sebagai gabungan badan seekor monyet yang dijahit dengan ekor ikan. “Keanehan” yang ditemukan pada sirkus bisa dijelaskan oleh ilmu genetika dan biologi. Lalu, apakah monster-monster ini masih ada ?

Kembali ke abad 15, ini adalah masa di mana monster merupakan godaan internal dari diri manusia dan penggambarannya adalah penyihir. Sejarah mencatat, dari abad 15 sampai abad ke 18 terjadi perburuan penyihir secara besar-besaran di Eropa. Diperkirakan sekitar 40,000 sampai 60,000 orang dieksekusi. Tidak semua yang dieksekusi adalah seorang penyihir, bahkan sangat mungkin tidak ada satupun dari mereka yang terbunuh adalah penyihir. Mereka hanya orang-orang yang terjebak dalam konflik sosial, politik, agama, dan gender. Pembunuhan 60.000 nyawa adalah sesuatu yang bahkan monster belum pernah lakukan. Sejak 1904 sampai 2003, tercatat sekitar 16 genosida. Yang paling sedikit adalah pembantaian suku maya di Guatemala tahun 1962 dengan total kematian 1.700 nyawa.

Saat mitos-mitos monster menghilang dan terlupakan, inti dan unsur kekacauan serta kehancuran yang dibawa monster tetap ada. H.P. Lovecraft, dalam buku The Outsider, menceritakan sang narator melihat sesuatu yang sangat menyeramkan, menjijikan, dan ‘tidak normal’ yang membuat seluruh orang lari ketakutan. Ketika ia mendekat dan mencoba menyentuhnya, ternyata yang ia lihat adalah sebuah cermin. Hampir seluruh teror dan tragedi yang ada di dunia, bukan disebabkan oleh seekor ular berkepala delapan, atau singa berekor ular, atau bahkan Iblis-iblis Sumeria, semua disebabkan oleh kita, manusia. Perlahan, ketika bayangan-bayangan monster di kepala kita memudar, kita tiba-tiba menjelma menjadi makhluk-makhluk mengerikan.

Riszky Maulana Fahreza is a student, professional slacker, and occult enthusiast in his spare time. Currently lives in Bandung and attend Maranatha Christian University although his deep wish is to study at Unseen University in Ankh-Morpork and perform The Rite of AshkEnte

catatan kaki :

(1) Pericles adalah politikus Yunani yang memimpin Athena pada 461-429 SM. Merupakan politikus Yunani yang paling berpengaruh.

(2) Phillip II adalah seorang Raja Macedonia, yang memiliki dua orang putra yaitu Alexander Yang Agung dan Phillip III

(3) St. George and The Dragon adalah kisah yang dibawa oleh tentara perang salib yang menceritakan tentang pertarungan Santo George melawan seekor Naga yang meminta tumbal dari kerajaan di daerah Libya.

bottom of page