Sejarah Singkat, Sikap, dan Gagasan Zine
Sejarah Singkat, Sikap, dan Gagasan Zine
Kegiatan jurnalistik hadir sebagai bentuk media massa untuk menyuarakan berita, ilmu pengetahuan, atau hal lain yang dianggap penting kepada khalayak umum. Media massa dan kegiatan jurnalistik memiliki sejarah amat panjang dan perkembangannya dapat dilihat sebagai bentuk kebudayaan secara umum.
Surat kabar harian merupakan bentuk umum kegiatan jurnalistik yang dekat dengan masyarakat sebagai bentuk penyiaran berita. Jauh sebelum radio dan televisi ditemukan lalu dikomersialisasi untuk umum, surat kabar memiliki posisi penting. Bentuknya beragam dan berkembang seiring waktu. Tak hanya menyiarkan berita semacam kejadian yang luas dan berhubungan dengan pemerintahan, namun juga menyiarkan hal lain seperti kesenian dan ilmu pengetahuan. Di sinilah media massa sebagai penyiaran umum menempatkan dirinya dalam posisi penting untuk secara tidak langsung berada di sekitar masyarakat dan memengaruhinya.
Berdasarkan perkembangannya, media massa mengalami perkembangan jenis dan bentuk. Surat kabar yang tadinya harian ada yang menjadi mingguan dan bulanan atau yang disebut sebagai majalah. Rubrikasi dalam surat kabar, kecenderungan berita, serta gagasan yang berkembang dalam media massa terus mengalami kesegaran. Majalah dengan beberapa tema dan kecenderungan berita tertentu berkembang pesat sekitar menuju millennium ke-2. Variasi bentuk juga banyak ditemukan, dari yang tetap memiliki ukuran besar sampai ukuran kecil serupa buku seperti majalah sekarang tumbuh menjadi kesegaran baru di masyarakat.
Orang seharusnya dapat menilai bahwa media massa dengan perannya yang penting akan memiliki kapasitas untuk menggerakkan kebudayaan. Industri dan perusahaan tertentu sudah lama menjadi pelanggan kolom-kolom iklan di media massa. Popularitas dan citra orang-orang tertentu dapat digambarkan lewat narasi yang dimuat di media massa. Sandingan atas kapasitas tersebut melahirkan bentuk media massa yang bergerak di luar media yang penting atau yang dapat disebut sebagai media alternatif.
Media alternatif memiliki banyak bentuk namun yang dapat dianggap cukup penting adalah zine. Terminologi zine pada awalnya merupakan bentuk pendek dari fanzine atau fan magazine. Salah satu fanzine yang dianggap sebagai perintis adalah The Comet yang terbit tahun 1930 di amerika. The Comet pada awalnya berusaha menyediakan ruang sebagai pers independen untuk para penggemar fiksi sains yang berkembang pesat pada 1930 bersamaan dengan menjamurnya science fiction magazine saat itu.
Saat itu, zine dianggap sebagai media independen dan selama perkembangannya, media alternatif ini dianggap radikal, underground, atau subversif. Beberapa pandangan tersebut banyak dilihat saat beberapa gerakan kebudayaan seperti punk dan gerakan feminisme berkembang di Amerika. Anarcho-punk dan gerakan feminism serta budaya marjinal saat itu berusaha menyuarakan pandangan dan gagasannya lewat musik dan busana serta yang dapat dilihat adalah lewat zine yang mereka terbitkan. Pada awalnya bentuk zine yang mereka adaptasi adalah fanzine yang berusaha menyuarakan kegemaran mereka, namun diskursus ideologi dan sikap yang mereka anut turut mereka suarakan juga lewat zine yang mereka sebar. Sebut saja zine perintis tahun 1970 seperti Who Put the Bomp yang berupa fanzine anarcho-punk yang saat itu lantas berkembang menjadi label rekaman independen dengan nama Bomp!. Riot Grrrl sebagai zine feminis saat itu mampu menggerakkan perempuan dari banyak kota di seluruh dunia untuk menelurkan zine dengan pandangan feminis mulai dari Washington, Vancouver, hingga jauh di Belgia.
Perkembangan zine tahun 1970-1990 menandai tumbuh dan berkembangnya budaya sandingan. Apa yang dapat diterima adalah bahwa zine mampu menyuarakan masyarakat budaya sandingan mengenai elemen-elemen kehidupan bermasyarakat dan berbudaya. Mereka punya hak yang sama untuk ada dan mengembangkan hidupnya.
Zine sebagai media alternatif menjalankan fungsinya untuk menyiarkan sesuatu yang menurutnya penting. Ia menandai beberapa hal penting: subkultur, independensi, dan konsistensi. Kebudayaan modern menuntut banyak nilai dan gagasan serta unsur-unsur kebudayaan yang saling berinteraksi dan menelurkan kebudayaan baru. Perubahan berkaitan erat dengan budaya modern serta budaya sandingan dan karena itulah masyarakat seharusnya melihat nilai-nilai baru yang lahir serta harus mengenalnya dengan baik. Ciri lain dari media alternatif adalah kemandirian untuk mengurus dirinya sendiri. Hal ini menandai bahwa zine tumbuh dan berkembang dengan usahanya sendiri. Independensi merupakan kekuatan untuk memulai perubahan. Thomas Paine misalnya, menulis dan menyebarkan sendiri pamfletnya yang berjudul Common Sense yang dikatakan berpengaruh pada Revolusi Amerika. Kemandirian untuk menyuarakan perubahan atau sesuatu yang dianggap benar itu didukung oleh konsistensi. Otoritas, rekayasa media, dan stagnansi kebudayaan bukanlah lawan yang mudah.
Zine menandai niat yang bulat untuk menelurkan sesuatu dengan tidak bergantung pada luasnya distribusi media namun pada nilai yang ia angkat. Kesegaran nilai-nilai baru yang diangkat merupakan bentuk penting yang akhir-akhir ini luput dan karenanya budaya yang seharusnya dinamis menjadi terasa lumpuh. Dalam bentuknya, zine tidak memiliki batas. Banyak zine atau media alternatif yang telah menyediakan ruang bagi penulis dan seniman untuk menelurkan nilai-nilai baru yang tidak banyak diterima media umum. Daya estetika yang dinamis inilah yang layaknya dimaksimalkan dan menunjukkan bahwa kegiatan literasi harus progresif.